Berkunjung ke Enrekang, tak lengkap jika
Anda belum mencoba dua makanan khas daerah ini, dangke dan pulu mandoti.
Apalagi, dua makanan ini tidak bisa ditemukan di daerah manapun, kecuali di Kabupaten Enrekang
Desa Kendenan dan Salukanan.
Khusus Pulu Mandoti, padi khas
yang jika dimasak mengeluarkan aroma wangi yang khas. Padi jenis ini konon hanya bisa tumbuh di Desa
Salukanan dan Desa Kendenan. Bagi masyarakat Desa Kendenan, Pulu Mandoti dipercaya sebagai wangsit yang
didapatkan dari Tuhan.
Jika mengurai kata Desa asal Pulu Mandoti ini tumbuh, Masyarakat setempat memercayai jika Desa
Kendenan berasal dari kata berarti persinggahan. Diambil dari asal kata ‘Kende’
yang artinya singgah. Kendenan juga dipercaya sebagai tempat persinggahan pendahulu yang pertama tinggal di daerah ini. Para leluhur itulah yang pertama kali
membawa benih padi pulu mandoti. Untuk mempertahankan aroma yang khas, serta
membuat pulu mandoti tahanlama, padi
jenis ini disimpan di tempat yang disebut Landa (lumbung padi ala Desa Kendenan).
Pulu Mandoti merupakan nama salah satu
jenis beras ketan yang hanya
dijumpai di Desa Kendenan dan Desa Salukanan. Keistimewaannya antara lain: saat dimasak,
beras ini akan mengeluarkan aroma daun pandan. Istilah Pulu Mandoti yang
diberikan kepada beras ketan ini, konon karena aromanya yang bisa tercium
hingga jarak puluhan
meter. Keistimewaan lain,
karena jika padi jenis ini ditanam di tempat lain, maka aroma yang
dimiliki akan berbeda.
Itu artinya, di luar daerah
tersebut, padi penghasil beras
Pulu Mandoti tidak akan sama aromanya bila ditanam di tempat aslinya yaitu Desa Kendenan dan Desa Salukanan.
Biasanya, Pulu Mandoti disajikan sebagai makanan pokok bersama dangke. Kuliner
khas Enrekang lainnya yang juga tidak dimiliki daerah lain.